skip to main |
skip to sidebar
Bongkahan garam balok yang terlihat
basah dan lembab mungkin nampak tidak menarik untuk dilihat maupun
digunakan sebagai penambah bumbu dalam masakan.
Namun jika Anda
memotong dan menumpuknya sedemikian rupa, garam tersebut bisa
menghasilkan sejumlah daya energi yang bisa membuat Anda terkesan.
Penemuan
ini kemudian menjadi bekal pengetahuan bagi para ilmuwan di Swedia
untuk menciptakan baterai berbahan dasar garam dan kertas yang bisa
menghasilkan energi listrik sebesar satu volt.
Mereka berharap,
setidaknya baterai dengan daya tak terlalu besar ini suatu hari bisa
memberikan tenaga bagi sensor biodegradable atau sensor yang dapat
hancur oleh bakteri.
"Kami
ingin membuat sebuah baterai yang sangat sederhana dan menggunakan
bahan yang sama pada kedua elektrodanya," kata Professor Leif Nyholm
dari Uppsala University.
"Untuk membuatnya sederhana, kami hanya menaruh NaCl yang merupakan senyawa garam pada kedua elektroda baterai," tambahnya.
Baterai
yang diciptakan Nyholm dan timnya memiliki ukuran setipis kertas. Namun
baterai tersebut terbuat dari banyak lapisan selulosa yang terbungkus
dalam sebuah polimer konduktif setebal 50 nanometer dan diselipkan di
antara lapisan kertas penyaring.
Kemudian, sedikit air akan membantu ion chlorine mengarah pada elektroda negatif sementara elektron menuju elektroda positif.
Keseluruhan
baterai rakitan dengan ketebalan hanya beberapa milimeter ini
terbungkus dalam plastik. Menurut Nyholm, semakin banyak tumpukan garam
maka akan semakin besar daya yang dihasilkan.
Nyholm juga
menyebutkan, baterai garam dan kertas ini tidak memiliki daya sebesar
baterai yang berbahan lithium, kobalt atau nikel. Namun menurutnya,
baterai ini dapat mengisi ulang tenaga lebih cepat.
Itu
sebabnya, baterai ini tidak bisa digunakan untuk laptop atau ponsel.
Baterai yang merupakan komponen ramah lingkungan ini lebih cocok
digunakan untuk perangkat seperti sensor yang memonitor temperatur
serta kelembaban udara.
0 komentar:
Posting Komentar